TULISAN SOFTSKILL “Sejarah, Pengertian, dan Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia, serta sistematika
Hukum Perdata”
DOSEN : IBU YUNNI YUNIAWATY
NAMA : IMELDA KURNIAWATI
NPM
: 23211547
KELAS
: 2EB25
FAKULTAS : EKONOMI
JURUSAN : AKUNTANSI
JURUSAN : AKUNTANSI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan KaruniaNya saya dapat
menyusun tugas yang berjudul “Sejarah, Pengertian, dan Hukum
Perdata yang berlaku di Indonesia, serta sistematika Hukum Perdata”.
Pada kesempatan ini, saya dengan penuh
kerendahan hati mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada Guru Bidang
Studi Aspek Hukum dalam Ekonomi , Ibu Yunni Yuniawaty dan kepada Teman-teman di
kelas 2EB25 Universitas Gunadarma.
Penulis berusaha keras agar pembuatan tulisan
ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi salah satu sumber referensi bacaan
yang bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata, perkenankan penulis mengutip
pepatah lama yang berbunyi “Tiada gading yang tak retak”. Penulis hanya manusia
biasa yang menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna
dan untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Penulis
selalu terbuka untuk seobyektif mungkin terhadap segala kritik serta saran yang
membangun guna perbaikan tugas ini.
Bekasi, April 2013
(Imelda
Kurniawati)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum
publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum
administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan
antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan
seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan
usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya. Sejarah membuktikan
bahwa hukum perdata yang saat ini berlaku di Indonesia, tidak lepas dari
sejarah Hukum Perdata Eropa. Bermula di benua Eropa, terutama di Eropa
Kontinental berlaku Hukum Perdata Romawi, disamping adanya Hukum tertulis dan Hukum kebiasaan
setempat. Diterimanya Hukum Perdata Romawi pada watu sebagai hokum asli dari
Negara-negara di Eropa, oleh karena hokum di eropa kacau-balau, dimana
tiap-tiap daerah selain mempunyai peraturan-peraturan sendiri, juga peraturan
setiap daerah iru berbeda-beda. Hukum Perdata ialah hukum
yang mengatur hubungan antara perorangan di dalam masyarakat. Hukum Perdata dalam
arti luas meliputi semua Hukum Privat materiil dan dapat juga dikatakan sebagai
lawan dari Hukum Pidana. Hukum Privat (Hukum Perdata
Materiil) ialah hukum yang memuat segala peraturan yang mengatur
hubungan antar perseorangan di dalam masyarakat dan kepentingan dari
masing-masing yang bersangkutan. Dalam arti bahwa di dalamnya terkandung hak
dan kewajiban seseorang dengan suatu pihak secara timbal balik dalam
hubungannya terhadap orang lain dalam suatu masyarakat tertentu.
1.2. TUJUAN PENULISAN
Dalam
tulisan ini, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu :
a) Mengetahui
Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia .
b) Mengetahui tentang sejarah singkat Hukum Perdata.
c) Ingin
mendalami / menggali lebih dalam tentang Sistematika Hukum Perdata di
Indonesia.
1.3. RUMUSAN MASALAH
1)
Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia
2) Sejarah
singkat Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia
3)
Keadaan Hukum Perdata Dewasa
ini di Indonesia
4) Sistematika Hukum Perdata di Indonesia.
1.4. METODE PENULISAN
Makalah
ini disusun dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif.
BAB 2
PEMBAHASAN
Hukum Perdata yang Berlaku di Indonesia
Hukum
Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara individu-individu
dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum di daratan Eropa (civil law) dikenal pembagian hukum menjadi dua yakni hukum publik dan hukum privat atau hukum perdata. Dalam
sistem Anglo Sakson (common law) tidak dikenal pembagian semacam ini.
Hukum adalah sekumpulan peraturan
yang berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang
sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur masyarakat
demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum
publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum
(misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum
administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan
antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan
seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan
usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.
Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum
tersebut juga memengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum
yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-negara yang
terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa kontinental,
sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya. Hukum perdata
di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan.
Bahkan Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal
dengan BW)yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan
wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang
saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum
perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata
(disingkat KUHPer) terdiri dari empat bagian, yaitu:
Sejarah singkat hukum perdata yang berlaku di Indonesia
Sejarah membuktikan bahwa hukum perdata yang saat ini berlaku di Indonesia,
tidak lepas dari sejarah Hukum Perdata Eropa. Bermula di benua Eropa, terutama
di Eropa Kontinental berlaku Hukum Perdata Romawi, disamping adanya Hukum tertulis dan Hukum kebiasaan
setempat. Diterimanya Hukum Perdata Romawi pada watu sebagai hokum asli dari
Negara-negara di Eropa, oleh karena hokum di eropa kacau-balau, dimana
tiap-tiap daerah selain mempunyai peraturan-peraturan sendiri, juga peraturan
setiap daerah iru berbeda-beda.
Oleh karena adanya perbedaan ini jelas bahwa tidak ada suatu kepastian
hokum. Akibat ketidakpuasan, sehinggga orang mencari kearah adanya kepastian
hukum, kesatuan hukum dan keseragaman hukum. Pada tahun 1804 atas prakarsa
Napoleon terhimpunlah Hukum Perdata dalam satu kumpulan peraturan yang bernama
“Code Civil des Francais” yang juga dapat disebut “Code Napoleon”, karena Code
Civil des Francais ini adalah merupakan sebagian dari Code Napoleon.
Sebagai petunjuk penyusunan Code Civil ini dipergunakan karangan dari
beberapa ahli hukum antara lain Dumoulin, Domat dan Pothies, disamping itu juga
dipergunakan Hukum Bumi Putra Lama, Hukum Jernonia dan Hukum Cononiek. Dan
mengenai peraturan-peraturan hukum yang belum ada di jaman Romawi antara lain
masalah wessel, assuransi, badan-badan hukum. Akhirnya pada zaman Aufklarung
(jaman baru sekitar abad pertengahan) akhirnya dimuat pada kitab Undang-Undang
tersendiri dengan nama “Code de Commerce”.
Sejalan dengan adanya penjajahan oleh bangsa Belanda (1809-1811), maka Raja
Lodewijk Napoleon menetapkan : “Wetboek Napoleon Ingeright Voor het Koninkrijk
Holland” yang isinya mirip dengan “Code Civil des Francais atau Code Napoleon”
untuk dijadikan sumber Hukum Perdata di Belanda. Setelah berakhirnya penjajahan
dan dinyatakan Nederland disatukan dengan Pracis pada tahun 1811, Code Civil
des Francais ini tetap berlaku di Belanda.
Oleh karena perkembangan jaman, dan setelah beberapa tahun kemerdekaan
Belanda dari Perancis ini, bangsa Belanda mulai memikirkan mengerjakan
kodifikasi dari hukum perdatanya. Dan tepatnya 5 juli 1830 kodifikasi ini
selesai dengan terbentuknya BW(Burgerlijk Wetboek) dan WVK (Wetboek Van
Koophandle) ini adalah produk Nasional-Nederland namun isi dan bentuknya
sebagian besar sama dengan Code Civils de Francais dan Code de Commerce. Dan
pada tahun 1948, kedua UU produk Nasional-Nederland ini diberlakukan di
Indonesia berdasarkan azas koncordantie (azas Politik Hukum). Sampai sekarang
sering kita kenal dengan nama KUH Sipil (KHUP) untuk BW , sedangkan KUH Dagang
untuk WVK.
Pengertian dan Keadaan Hukum
Perdata di Indonesia
Hukum Perdata ialah hukum yang mengatur hubungan antara perorangan
di dalam masyarakat.
Hukum Perdata dalam arti luas meliputi semua Hukum
Privat materiil dan dapat juga dikatakan sebagai lawan dari Hukum Pidana.
Hukum Privat (Hukum Perdata Materiil) ialah hukum yang memuat segala
peraturan yang mengatur hubungan antar perseorangan di dalam masyarakat dan kepentingan
dari masing-masing yang bersangkutan. Dalam arti bahwa di dalamnya terkandung
hak dan kewajiban seseorang dengan suatu pihak secara timbal balik dalam
hubungannya terhadap orang lain dalam suatu masyarakat tertentu.
Disamping Hukum Privat Materiil, juga dikenal Hukum
Perdata Formil yang sekarang dikenal denagn HAP (Hukum Acara Perdata) atau
proses perdata yang artinya hukum yang memuat segala aperaturan yang mengatur
bagaimana caranya melaksanakan praktek di lingkungan pengadilan perdata.
Keadaan Hukum Perdata Dewasa ini di Indonesia
Kondisi Hukum Perdata dewasa ini di Indonesia dapat
dikatakan masih bersifat majemuk yaitu masih beraneka warna. Penyebab dari
keaneka ragaman ini ada 2 faktor yaitu:
- Faktor Ethnis disebabkan keaneka ragaman Hukum Adat Bangsa Indonesia, karena negara kita Indonesia ini terdiri dari berbagai suku bangsa.
- Faktor Hostia Yuridis yang dapat kita lihat, yang pada pasal 163.I.S. yang membagi penduduk Indonesia dalam tiga Golongan, yaitu:
- Golongan Eropa dan yang dipersamakan
- Golongan Bumi Putera (pribumi / bangsa Indonesia asli) dan yang dipersamakan.
- Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab).
Pasal 131.I.S. yaitu mengatur hukum-hukum yang
diberlakukan bagi masing-masing golongan yang tersebut dalam pasal 163 I.S. diatas.
Adapun hukum yang diberlakukan bagi masing-masing golongan yaitu :
- Bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan berlaku Hukum Perdata dan Hukum Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan Hukum Dagang di negeri Belanda berdasarkan azas konkordansi.
- Bagi golongan Bumi Putera (Indonesia Asli) dan yang dipersamakan berlaku Hukum Adat mereka. Yaitu hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan rakyat, dimana sebagian besar Hukum Adat tersebut belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat.
- Bagi golongan timur asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum masing-masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing (Cina, India, Arab) diperbolehkan untuk menundukan diri kepada Hukum Eropa Barat baik secara keseluruhan maupun untuk beberapa macam tindakan hukum tertentu saja.
Maksudnya untuk segala golongan
warga negara berlainan satu dengan yang lain. Dapat kita lihat :
a.
Untuk Golongan Bangsa Indonesia Asli
Berlaku hukum adat yaitu hukum yang
sejak dahulu kala berlaku dikalangan rakyat,hukum yang sebagian besar masih
belum tertulis ,tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat mengenai segala hal
di dalam kehidupan kita dalam masyarakat.
b.
Untuk Golongan warga negara bukan asli yang berasal
dari Tionghoa dan Eropa
Berlaku kitab KUHP (Burgerlijk
Wetboek) dan KUHD (Wetboek Van Koophandel), dengan suatu pengertian bahwa bagi
golongan Tionghoa ada suatu penyimpangan ,yaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL
IV dari buku I tentang :
-
Upacara yang
mendahului pernikahan dan mengenai penahanan pernikahan.Hal ini tidak berlaku
bagi golongan Tionghoa .Karena pada mereka diberlakukan khusus yaitu
Burgerlijke Stand, dan peraturan mengenai pengangkatan anak (adopsi)
Selanjutnya untuk golongan warga
negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa atau Eropa ( antara lain
Arab,India dan lainnya) berlaku sebagian dari BW yaitu hanya bagian-bagian yang
mengenai Hukum Kekayaan Harta benda (Vermorgensrecht),jadi tidak mengenai hukum
kepribadian dan kekeluargaan (Personen en Familierecht) maupun mengenai Hukum
Warisan.
Pedoman politik bagi pemerintah
Hindia Belanda terhadap hukum di Indonesia ditulis dalam pasal 131 (I.S)
(Indische Staatregeling) yang sebelumnya pasal 131 (I.S) yaitu pasal 75 RR
(Regeringsreglement) yang pokok-pokoknya sebagai berikut:
- Hukum Perdata dan Dagang (begitu pula Hukum Pidana beserta Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana harus diletakan dalam kitab Undang-undang yaitu di Kodifikasi).
- Untuk golongan bangsa Eropa harus dianut perundang-undangan yang berlaku di negeri Belanda (sesuai azas Konkordansi).
- Untuk golongan bangsa Indonesia Asli dan Timur Asing (yaitu Tionghoa, Arab, dan lainnya) jika ternyata bahwa kebutuhan kemasyarakatan mereka menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka.
- Orang Indonesia Asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukkan di bawah suatu peraturan bersama denagn bangsa Eropa, diperbolehkan menundukkan diri pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropa. Penundukan ini boleh dilakukan baik secara umum maupun secara hanya mengenai perbuatan tertentu saja.
- Sebelumnya hukum untuk bangsa Indonesai ditulis di dalam Undang-undang. Maka bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi mereka, yaitu Hukum Adat.
Disamping itu ada peraturan-peraturan yang secara
khusus dibuat untuk bangsa Indonesia seperti:
·
Ordonansi
Perkawinan bangsa Indonesia Kristen (Staatsblad 1933 no7.4).
·
Organisasi
tentang Maskapai Andil Indonesia (IMA) Staatsblad 1939 no 570 berhubungan denag
no 717).
Dan ada pula peraturan-peraturan yang berlaku bagi
semua golongan warga negara, yaitu:
Ø Undang-undang Hak Pengarang
(Auteurswet tahun 1912)
Ø Peraturan Umum tentang Koperasi
(Staatsblad 1933 no 108)
Ø Ordonansi Woeker (Staatsblad 1938 no
523)
Ø Ordonansi tentang pengangkutan di
udara (Staatsblad 1938 no 98).
Sistematika
Hukum Perdata di Indonesia dalam KUH Perdata dibagi dalam 4 buku yaitu:
Buku I, tentang
Orang(van persoonen); mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum
keluarga, yaitu hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan mengenai timbulnya hak
keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian
dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian
ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Buku II, tentang
Kebendaan(van zaken); mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang
mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan
benda, antara lain hak-hak kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud
dengan benda meliputi (i) benda berwujud yang tidak bergerak (misalnya tanah,
bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud yang bergerak,
yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda berwujud tidak
bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang).
Khusus untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan
tidak berlaku dengan di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria.
Begitu pula bagian mengenai penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak
berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak tanggungan.
Buku III, tentang
Perikatan(van verbintennisen); mengatur tentang hukum perikatan
(atau kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya
mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur tentang hak dan
kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang
jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari
(ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian),
syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk bidang
perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) juga dipakai sebagai acuan.
Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD
adalah bagian khusus dari KUHPer.
Buku IV, tentang
Daluarsa dan Pembuktian(van bewijs en verjaring); mengatur hak dan
kewajiban subyek hukum (khususnya batas atau tenggat waktu) dalam mempergunakan
hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian.
Sistematika Hukum Perdata di Indonesia menurut ilmu pengetahuan di bagi
menjadi 4 bagian:
Hukum Perorangan atau
Badan Pribadi (personenrecht):
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang seseorang manusia sebagai pendukung hak dan kewajiban (subyek hukum),tentang umur,kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum,tempat tinggal(domisili)dan sebagainya.
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang seseorang manusia sebagai pendukung hak dan kewajiban (subyek hukum),tentang umur,kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum,tempat tinggal(domisili)dan sebagainya.
Hukum Keluarga
(familierecht):
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum yang timbul karena hubungan keluarga / kekeluargaan seperti perkawinan,perceraian,hubungan orang tua dan anak,perwalian,curatele,dan sebagainya.
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum yang timbul karena hubungan keluarga / kekeluargaan seperti perkawinan,perceraian,hubungan orang tua dan anak,perwalian,curatele,dan sebagainya.
Hukum Harta Kekayaan
(vermogenrecht):
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum seseorang dalam lapangan harta kekayaan seperti perjanjian,milik,gadai dan sebagainya.
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum seseorang dalam lapangan harta kekayaan seperti perjanjian,milik,gadai dan sebagainya.
Hukum Warisan (erfrecht):
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang benda atau harta kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia,dengan perkataan lain:hukum yang mengatur peralihan benda dari orang yang meninggal dunia kepada orang yang masih hidup.
Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang benda atau harta kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia,dengan perkataan lain:hukum yang mengatur peralihan benda dari orang yang meninggal dunia kepada orang yang masih hidup.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
:
Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur tentang
kepentingan perorangan atau privat.Untuk melaksanakan hak dan kewajiban
diatur oleh hukum perdata maka diperlukan hukum ketentuan hukum acara perdata. Hukum
acara perdata mengenai pengikutsertaan pihak ketiga dalam perkara peradilan
perdata.Tujuan dalam pengikutsertaan tersebut adalah memberikan jalan bagi
Majelis Hakim untuk menyelesaikan suatu perkara perdata secara komperensif agar
di lain hari tidak ada lagi sebuah perkara yang dilayangkan ke pengadilan yang
berhubungan dengan perkara sebelumnya.Pengaturan mengenai pengikutsertaan pihak
ketiga tidak dapat ditemukan dalam HIR maupun RBg.
SARAN :
Harus ada sebuah perubahan bagi ketentuan dalam UU No.5
Tahun 1999 yang mengatur dalam upaya hukum keberatan diajukan ke pengadilan
negeri pekarena ketentuan tersebut dapat membuat tafsiran bahwa perkara
keberatan di Pengadilan Negri adalah layaknya peradilan perdata.Tafsiran
tersebut semakin menguat dengan adanya ketentuan pasal 8 Perma No.3 Tahun
2005.Sebaiknya upaya hukum atas putusan KPPU diajukan langsung ke Pengadilan
Tinggi , bukan ke Pengadilan Negri untuk menghindarkan perkara keberatan
terhadap masalah-masalah seperti adanya gugatan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA :
Neltje F. Katuuk, Aspek Hukum dalam Ekonomi,
Gunadarma, Jakarta: 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar